Rabu, 25 Juni 2014

Penyebab terjadinya Fraud

Penyebab Terjadinya Fraud

A. Fraud Triangle

Banyak hal yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan fraud. Mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:33), ada tiga elemen kunci yang menyebabkan seseorang melakukan fraud yang biasa dikenal dengan fraud triangle. Ketiga komponen tersebut adalah:
  1. Tekanan (pressure)

Tekanan atau tuntutan yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud dapat dibagi menjadi lebih spesifik;
         a.    Tekanan keuangan
Tekanan keuangan merupakan hal umum yang mendorong seseorang melakukan fraud, hal ini dapat berupa:
·      Keserakahan
·      Hidup dibawah kehendak orang lain
·      Banyak hutang
·      Kerugian ekonomi pribad

       b.    Kebiasaan buruk
    Motivasi melakukan fraud dapat disebabkan karena kegemaran berjudi, obat – obatan terlarang, kecanduan alkohol, serta biaya hidup keluarga yang mahal.


       c.    Tekanan berkaitan dengan pekerjaan
  Seseorang dapat melakukan fraud karena merasa hasil pekerjaannya kurang dihargai oleh perusahaan, takut kehilangan pekerjaan, tidak puas dengan pekerjaan, takut tidak mendapat promosi jabatan, dan merasa kurang dihargai secara ekonomi.

       d.    Tekanan lainnya
   Tekanan lain bisa berupa keinginan pasangan yang ingin hidup mewah, ingin membahagiakan orang tua, serta tekanan lain yang tidak tercakup dalam tiga poin di atas


2.   Peluang (opportunity)
Fraud tidak hanya terjadi jika ada tekanan, tetapi juga ketika calon pelaku fraud melihat adanya peluang untuk melakukan kecurangan.
Ada beberapa faktor utama yang dapat meningkatkan peluang yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud yaitu:
          ·      Kurangnya pengendalian untuk mencegah dan mendeteksi perilaku yang menyimpang
          ·      Ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja dengan tepat
          ·      Kegagalan dalam mendisiplinkan pelaku fraud
          ·      Kurangnya informasi
          ·      Ketidak perdulian, apatis, dan ketidakmampuan
          ·      Kurangnya jejak audit

3.   Rasionalisasi (rationalization)
Kecenderungan pelaku fraud adalah membenarkan tindakan yang dilakukannya dengan pola pikir tertentu seperti “tidak akan ada yang dirugikan,” “perusahaan berhutang kepada saya,” “semua orang juga melakukan hal yang sama,” dan alasan – alasan lain.

Unsur - Unsur Fraud




Unsur - Unsur Fraud :

Dalam setiap fraud atau kecurangan, ada tujuh unsur yang dapat teridentifikasi.
Mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:7), tujuh unsur dalam fraud adalah sebagai berikut:
1.   Sebuah penyajian
2.  Mengenai hal yang material,
3.  Yang salah,
4.   Dan secara sengaja atau,
5. Yang dipercaya
6. Dan dilaksanakan korban
7. Dan merugikan korban
Secara umum, mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:41), setiap fraud memiliki pola sebagai berikut:
1. Tindakan kecurangan (theft), merupakan tindakan kecurangan yang dilakukan oleh fraudster.
2. Menyembunyikan kecurangan (concealment), biasanya mencakup menyembunyikan bukti –bukti yang      
terkait dengan tindakan kecurangan yang dilakukan.
3. Mengubah aset yang dicuri (conversion), pada tahap ini, pelaku berusaha mengonversikan barang yang dicuri menjadi uang tunai.

Pencegahan Fraud





Pencegahan Fraud

Untuk mencegah terjadinya fraud, mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:109), salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan yaitu dengan mengurangi peluang terjadinya fraud dengan memperhatikan hal – hal berikut ini:
1.   Memiliki sistem pengendalian yang baik
Berkaitan dengan pengendalian internal, Committee of Sponsoring Organizations (COSO) mengharuskan perusahaan untuk memiliki kerangka pengendalian internal sebagai berikut:
a. lingkungan pengendalian yang baik
b. penilaian resiko
c. aktivitas pengendalian yang baik
d. arus komunikasi dan informasi yang baik
e. pengawasan
Dari kelima unsur yang disebutkan pada kerangka di atas, Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:110) terfokus pada:
i.   Lingkungan pengendalian, merupakan lingkungan kerja yang diciptakan atau dibentuk oleh perusahaan bagi para karyawan. Unsur – unsur lingkungan pengendalian meliputi hal – hal berikut:
·         Peran dan contoh manajemen
·         Komunikasi manajemen
·         Perekrutan yang tepat
·         Struktur organisasi yang jelas
·         Internal audit perusahaan yang efektif
ii.  Arus komunikasi dan informasi yang baik (sistem akuntansi), setiap fraud pasti meliputi tindakan kecurangan, menyembunyikan kecurangan, dan konversi. Sistem akuntansi yang baik dapat menyediakan jejak audit yang dapat membantu fraud ditemukan dan mempersulit penyembunyian. Sistem akuntansi yang baik harus memastikan bahwa transaksi yang tercatat mencakup kriteria berikut:
·         sah
·         diotorisasi dengan benar
·         lengkap
·         diklasifikasikan dengan benar
·         dilaporkan pada periode yang benar
·         dinilai dengan benar
·         diikhtisarkan dengan benar
iii. Aktivitas atau prosedur pengendalian, agar perilaku karyawan sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan, dan membantu perusahaan dalam mencapai tujuan, diperlukan lima prosedur pengendalian yang utama:
·         pemisahan tugas atau pengawasan ganda
·         sistem otorisasi
·         pengecekan independen
·         pengamanan fisik
·         dokumen dan pencatatan
2.   Menghambat terjadinya kolusi
3.   Mengawasi karyawan dan menyediakan saluran telekomunikasi untuk pelaporan fraud
4.   Menciptakan gambaran hukuman yang akan diterima bila melakukan fraud

5.   Melaksanakan pemeriksaan secara proaktif

Pengertian Fraud




Pengertian Fraud

Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:7), mendefinisikan fraud sebagai berikut; Secara umum, fraud dapat didefinisikan sebagai satu istilah umum dan mencakup semua cara yang dapat dirancang oleh kecerdasan manusia, yang melalui satu individu, untuk memperoleh keuntungan dari orang lain dengan penyajian yang salah. Tidak ada aturan yang pasti dan seragam untuk dijadikan dasar dalam mendefinisikan fraud karena fraud mencakup kejutan, penipuan, kelicikan dan cara – cara lain dimana pihak lain dicurangi.
Joseph Wells, pendiri dan ketua dari ACFE mendefinisikan fraud sebagai hal – hal yang mencakup semua jenis kejahatan untuk mendapatkan sesuatu yang menggunakan penipuan atau kecurangan sebagai modus utama operasinya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa fraud adalah tindakan yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri maupun pihak tertentu dengan berbagai cara yang tidak benar.

Gejala adanya Fraud






Gejala adanya Fraud

Fraud (kecurangan) yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu, perlu diketahui gejala yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut, adapun gejala tersebut adalah :

- Gejala kecurangan pada manajemen
Ketidakcocokan diantara manajemen puncak, moral dan motivasi karyawan rendah, departemen akuntansi kekurangan staff, tingkat complain yang tinggi terhadap organisasi dari pihak konsumen, kekurangan staff secara tidak teratur, penjualan/ laba menurun.

- Gejala kecurangan pada karyawan / pegawai
Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa perincian/ penjelasan pendukung, pengeluaran tanpa dokumen pendukung, pencatatan yang salah dan disengaja, penghancuran/penghilangan dokumen pendukung pembayaran.

Jenis - Jenis Fraud




Jenis-Jenis Fraud (kecurangan)

1. Pembagian Fraud secara Umum
   Untuk dapat memperbaiki maupun mencegah fraud, terlebih dahulu harus dipahami jenis – jenis fraud yang ada. Mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:10), jenis-jenis fraud adalah sebagai berikut;
Salah satu cara yang paling mudah untuk mengetahui jenis fraud yaitu dengan membedakan fraud menjadi:
  • ·     fraud yang merugikan organisasi
  • ·     fraud yang dilakukan oleh organisasi

2. Occupational Fraud
Pembagian fraud yang lain adalah dengan mengikuti definisi occupational fraud dari ACFE. Wells (2007:1). Occupational fraud adalah penggunaan pekerjaan seseorang untuk keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan yang disengaja dari sumber daya atau aset organisasi yang mempekerjakannya.
Aktivitas dalam dalam occupational fraud mencakup hal – hal berikut
  •         Kegiatan diam-diam 
  •     Melanggar kewajiban karyawan terhadap organisasi.
  •     Dilaksanakan untuk keuntungan ekonomi si pelaku baik secara langsung maupun tidak langsung.
  •    Merugikan organisasi baik berupa aset, pendapatan, atau cadangan.



ACFE – asosiasi pemeriksa fraud bersertifikat membagi occupational fraud menjadi tiga kelompok besar:
  • Penyalahgunaan aset, bisa berupa pencurian atau penyalahgunaan aset perusahaan,
  • Korupsi, dimana pelaku fraud menyalahgunakan pengaruhnya dalam transaksi bisnis untuk memperoleh keuntungan pribadi atau orang lain dengan melanggar hak orang lain.

Kecurangan laporan keuangan, berupa penyajian laporan keuangan yang salah dari suatu entitas.


3. Fraud berdasarkan Korban
Mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:10), berdasarkan pihak yang menjadi korban, fraud dikelompokkan menjadi:
1.      Fraud yang mengakibatkan perusahaan atau organisasi menjadi korban
Dalam kategori ini, fraud dibagi kembali menjadi kelompok – kelompok yang lebih spesifik;
  • Penggelapan oleh karyawan – pelaku fraud merupakan anggota atau karyawan dari perusahaan atau organisasi. Dalam fraud jenis ini, pelaku mengambil aset perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengambilan aset secara langsung dilakukan dengan cara mengambil uang tunai, perlengkapan, peralatan serta aset – aset lain perusahaan, sedangkan kecurangan secara tidak langsung dilakukan dengan menerima sogokan atau komisi dari pihak ketiga.
  •  Fraud yang melibatkan pemasok – pelaku fraud adalah pemasok dari suatu perusahaan atau organisasi. Fraud ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu yang dilakukan sendiri dan fraud yang melibatkan pihak lain. Pada fraud yang melibatkan pihak lain, biasanya pelaku bekerja sama dengan bagian pembelian suatu perusahaan.
  • Fraud yang melibatkan pelanggan – pelaku fraud adalah pelanggan dari suatu perusahaan atau organisasi. Pelanggan yang melakukan kecurangan biasanya tidak membayar untuk barang yang dibeli, atau menipu perusahaan atau organisasi untuk memberikan mereka (pelaku) barang yang tidak seharusnya mereka miliki.

2.      Fraud yang dilakukan oleh manajemen – korban dari fraud jenis ini adalah pemegang saham dan pemberi pinjaman dari suatu organisasi atau perusahaan. Fraud yang dilakukan oleh manajemen juga sering disebut sebagai kecurangan pelaporan keuangan. Manajemen melakukan fraud ini dengan memanipulasi laporan keuangan perusahaan.
3.      Penipuan investasi dan penipuan pelanggan lainnya – korban dalam fraud jenis ini adalah pihak – pihak yang kurang berhati – hati atau kurang pengetahuan. Para pelaku fraud jenis ini umumnya menjual investasi palsu ke korban.
4.   Kecurangan lain – lain – korban dari fraud jenis ini tidak memiliki batasan golongan.